Dia lah Bambang Suparno, seorang warga
Dusun Jeruk, Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Dengan usahanya berjualan kerupuk padang pasir, mantan buruh migran ini dapat menikmati
kesuksesan. Siapa sangka, seorang dari desa yang hanya mantan buruh ini bisa
mengantongi omzet hingga mencapai 90 juta rupiah per bulan.
Sumber :
kisahsukses.info
Kerupuk padang pasir adalah sebutan untuk kerupuk
yang pada proses penggorengannya dilakukan dengan menggunakan media pasir halus.
Kerupuk inilah yang membawa seorang Bambang Suparno mendulang kesuksesan. Dan
kerupuk ini juga lah yang telah membesarkan namanya. Bambang
menggoreng kerupuk yang dijualnya ini tanpa minyak. Beliau mengganti minyak
goreng yang bisasa digunakan pada umumnya dengan pasir halus hasil penyaringan.
Kerupuk ini bisa mekar dan menghasilkan rasa yang enak dengan pengapian yang
bagus dan juga cara menggoreng yang baik.
Kerupuk yang digoreng tanpa minyak ini memiliki
rasa yang sedikit berbeda dengan
kerupuk-kerupuk lain yang menggunakan minyak goreng. Salah satu nila plus dari
kerupuk ini adalah rendah kolesterol dan tentu saja lebih hemat dalam menekan
biaya produksi. Bahkan, risiko untuk melempem atu expide dapat ditekan karena
dapat didaur ulang.
Pilihan rasa dari kerupuk ini juga
bernacam-macam. Kurang lebih ada tujuh macam rasa yang diproduksi oleh pria yang
asal jawa timur ini. Macam-macam rasa tersebut antara lain pedas, manis, pedas
manis, terasi, rujak, seledri, bawang, serta ubi. Pemberian rasa dilakukan
dengan dua cara, yaitu bumbu dicampur dengan kerupuk sebelum digoreng atau
dicampur setelah digoreng. Harga yang diberikan oleh Bambang untuk mendapatkan
satu bungkus kerupuk padang pasir ini juga sangat bersahabat dengan dompet. Beliau
mematok harga sekitar Rp.1000-Rp.2000 untuk setiap bungkusnya.
Kerupuk yang sudah selesai diproduksi oleh
Bambang akan langsung dikirim kepada agen-agennya yang telah tersebar di beberapa kota. Kota yang menjadi
target Bambang juga sudah termasuk kota-kota yang besar seperti Kediri,
Nganjuk, Kertosono, Jombang, Bojonegoro, Tuban, Ngawi, Malang, dan Sidoarjo.
Bambang adalah seorang
pengusaha yang ulet dan telaten dalam setiap pekerjaannya. Saat ini beliau hanya
mempekerjakan empat tenaga pria yang bertugas mulai dari menjemur kerupuk
hingga menggoreng. Sedangkan untuk proses pengemasannya dilakukan oleh istri
dan enam anaknya serta beberapa tenaga borongan yang juga merupakan para
tetangganya.“Kalau saya sendiri bertugas di pengaturan serta
pengiriman barang ke kota-kota,” kata pemilik usaha penggorengan kerupuk padang
pasir dengan merek Arofah ini, Senin (4/6/2012). Perkembangan usahanya lumayan
bagus. Pada awal memulainya, ia hanya memproduksi 30 kilogram kerupuk dan itu
pun untuk beberapa hari. Karena permintaan yang selalu ada, ia terus terpacu
untuk mengembangkan usahanya sehingga kini produksi per hari mencapai 2,5
kuintal.
“Kalau tentang omzet begini saja, harga bahan
kerupuknya per kilo Rp.12.000, lalu kalikan 250 kilogram, dikali lagi selama 30
hari. Berapa itu hasilnya, silakan dikira-kira sendiri,” ungkapnya.
Menemukan jenis usaha ini bukanlah jalan yang
mudah baginya. Beberapa profesi pernah ia jalani, mulai dari kuli bangunan di
negeri seberang hingga penjual bakso keliling. Pernah pula ia hendak berdagang
oli pelumas sesuai ajakan rekannya, tetapi urung dilakukan karena khawatir
dengan risikonya.
“Saya berjualan kerupuk karena melihat saudara
saya ada di bidang ini. Setelah saya pelajari, saya menjadi yakin sehingga saya
ikut terjun,” tutur Bambang sambil mengingat masa lalunya.
Baiklah
sekian kisah sukses dari seorang Bambang dengan usaha kerupuk padang pasirnya. Semoga
kisah dari Mas Bambang ini bisa menginspirasi kita semua untuk terus melangkah
maju dan bangkit dari keterpurukan. Sekian dari saya dan salam sukses
Thank ya mbak ajeng, karena anda telah memposting cerita inspiratif yang bermanfaat bagi kami
ReplyDelete