Yayat Hidayat , dia adalah orang
yang berhasil sukses dengan kelihaiannya berinovasi membuat sandal gunung.
Kini, dengan membuat sandal outdoor aneka warna dengan merek Sabertooth, ia
berhasil meraup sukses di bisnis sandal gunung. Siapa sangka hanya dengan
berjualan sandal beliau berhasil meraih kesuksesan. Kesuksesan usaha seseorang
terkadang memang tidak datang dari sesuatu yang ia sukai. Tapi, dengan kemauan
belajar yang besarpun seseorang bisa saja menjadi berhasil.Beliaulah yang telah
membuktikannya. Meski awalnya tak menggemari dunia kerajinan
sandal, kini, ia justru sukses menjadi pengusaha sandal dengan merek
Sabertooth.
Sabertoth adalah nama baru dari sandal yang dulu
dikenal dengan nama sandal dody. Perubahan nama ini dimulai sejak tahun 2010.
Mungkin bagi anda yang cukup lama tinggal di Bandung bakal mengenalnya. Sebab,
merek sandal dody sudah ada sejak 1980 dan sempat menjadi produk wajib para
pecinta alam.
Beiau memang bukan pemilik dan
pencipta merek Sandal Dody yang kini bernama Sabertooth. Pemilik merek dody
adalah Doddy Kasoem, pengusaha di Bandung yang juga memiliki bisnis peralatan
outdoor dengan merek Jayagiri. Beliau merupakan orang di balik dua
merek itu. “Saya adalah perajin yang memasok sandal,” ujar beliau.
Kisah beliau dalam
membuat sandal ini berawal selepas beliau lulus dari Jurusan Teknik Mesin di Universitas Pasundan, Bandung. Kebetulan, Beliau dan
Doddy sama-sama aktif di sebuah masjid. Pada tahun 2002, jalinan kerjasama
semakin kuat saat Doddy memintanya jadi pemasok sandal.
Meski tawaran itu menarik, usaha untuk
mewujudkannya tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, beliau sama sekali tidak
tahu-menahu soal bisnis sandal, apalagi membuatnya. Saat itu, minat utamanya
adalah dunia otomotif. Beruntung, sang ayah yang merupakan salah satu perajin
sepatu di daearah Parakan Saat, Bandung, bersedia mengajarinya membuat sandal.
Dua tahun setelah di minta Dody untuk memasok
sandal akhirnya untuk pertama kalinya beliau bersedia memasok sandal gunung.
Beliau mulai memasok sandalnya ini pada tahun 2004. “Saya belajar dulu, dan
berulang kali desain saya ditolak,” tuturnya. Setelah berhasil memenuhi pesanan pertama,
selanjutnya, Beliau
rutin memasok 500 pasang sandal tiap bulan. Harga sepasang sandal saat itu
sekitar Rp 30.000. Saat itu, outlet Sandal Dody di Bandung tersisa tiga.
Sebelumnya, Sandal Dody memiliki belasan outlet yang tersebar sampai ke
Sumatra.
Suatu kali pada tahun 2008, Doddy menyatakan
ingin fokus menggarap produk outdoor dengan merek Jayagiri. Lantaran jalinan
kerjasama dengan beliau sudah cukup dekat dan seperti keluarga, Doddy
lantas menyerahkan merek Sandal Dody kepada beliau.
Hingga tahun 2009, beliau bertahan
dengan membuat sandal bermerek Sandal Dody. Namun, lama kelamaan, ia merasakan
bahwa usahanya tidak tambah maju.
Akhirnya, setelah membaca minat pasar, sejak awal
2010, beliau
membuat sandal outdoor dengan aneka warna. “Bisa dibilang, ini
adalah sandal outdoor pertama yang berani menggunakan aneka warna,” ujar bapak
tiga anak ini. Tak hanya membenahi desain, beliau juga merombak merek dagangnya
menjadi Sabertooth.
Menyadari luasnya pasar di dunia maya, Yayat
lantas menawarkan sandal buatannya lewat sejumlah situs jejaring sosial dan
membuat website. Modal awalnya kala itu sebesar Rp 10 juta yang ia ambil dari
tabungan. Pada Februari 2010, beliau mendapat suntikan modal dari PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII sebesar Rp 20 juta.
Tak disangka, inovasi produk berupa sandal
outdoor aneka warna itu mendapat sambutan hangat di pasar. Sejak diluncurkan
pada April 2010, setiap bulan, beliau bisa memproduksi 2.500–4.000 pasang sandal. Di
luar merek sendiri, beliau mengaku tiap bulan juga memasok sandal ke dua merek
lain. Jumlahnya mencapai 300 pasang.
Dari produksi sebanyak itu, 70% di antaranya
adalah sandal outdoor dengan aneka warna. Sisanya adalah sandal outdoor warna
hitam seperti yang kebanyakan beredar di pasar. Dengan harga sandal Rp
70.000–Rp 85.000 per pasang, tiap bulan, beliau bisa merauk omzet ratusan
juta rupiah.
Model pemasaran dengan menggunakan jalur dunia
maya ternyata juga mampu menjerat pembeli asal Malaysia. Melalui pedagang
perantara, beliau
mendapat pesanan membuat 6.500 pasang sandal. Paling lambat, awal tahun depan,
pesanan sudah harus dikirim ke negeri jiran tersebut.
Menghadapi permintaan yang semakin banyak, beliau
mulai memperluas kapasitas produksi. Beliau juga tidak mengalami kesulitan
melakukannya lantaran kembali mendapatkan dana bantuan dari PTPN VIII sebesar
Rp 150 juta pada Agustus 2010.
Baiklah
demikian kisah sukses dari seorang Yayat Hidayat yang berhasil sukses bersama
sandal gunung buatannya. Semoga kisah ini bisa memberikan kita inspirasi dan
dorongan untuk terus maju dan bangkit dari setiap kegagalan. Salam sukses!
0 comments:
Post a Comment